Rabu, 27 Januari 2016

Sejarah Mokapog

KEDATUAN MOKAPOG (MOKAPOGU)

Pengantar : Untuk memenuhi hasrat ingin tahu generasi masa kini akan sejarah daerahnya, berikut ini kami sajikan Episode MOKAPOG, berupa cuplikan Sejarah Mokapog yang kami sadur dari Buku Sejarah Singkat KERAJAAN KAIDIPANG BESAR (Kaidipang dan Bolangitang) – Disusun oleh DRS.H.T.USUP Dosen IKIP Manado – Terbitan II 1979.
Dalam kilas balik Sejarah Mokapog


(catatan kecil dari sejarah mokapog centre)
Sebenarnya – secara substantif – kita kini berada dalam situasi seperti yang pernah dilakukan oleh para leluhur kita lebih empat abad yang lalu (Awal Abad ke 17), ketika mereka menggelar musyawarah dalam suatu “bakid” atau “bokiru”, mendeklarasikan “Negeri Mokapog” dan kemudian memilih ”Pangulu” (“Primus inter Pares’) Dotinggulo atau “Dotu Tinggulu” sebagai “Dotu” atau Raja mereka. “ Noboli Lipu” – “Noboli Adato” – “Noboli Dotu”.
Prosesnya melalui suatu bentuk ‘demokrasi sederhana’, dimana melalui suatu musyawarah, mereka telah berhasil menetapkan Wilayah, System dan Pemimpin Pemerintahan. Semua terlaksana secara elegan , mandiri, egaliter, dan semuanya berlangsung dalam suasana dan semangat persatuan yang kuat. Kita perlu garis bawahi bahwa Warga Mokapog tadinya bukan merupakan suatu kelompok yang homogen. Mereka merupakan gabungan Madihutu (pribumi) sekitar Lagang Kadul dan kelompok-kelompok yang berasal dari lereng gunung Kabila, Dumoga , Molibagu, dan Doluduo .
Namun, ketika harus menjawab “tuntutan sejarah” akan perlunya “identitas bersama” sebagai suatu kaum yang bersatu dalam memperjuangkan dan mengelola kepentingan bersama, berperadaban dan tertata dalam suatu tatanan masyarakat yang teratur layaknya suatu masyarakat yang berbudaya, mereka berhasil menyatukan diri dan menjadikan Mokapog sebagai “melting pot” atau semacam wadah yang menampung dan melebur mereka sebagai satu kesatuan (“Mohokapogu”- berhimpun – menjadi cerah).
“Tiang pancang eksistensi Orang Mokapog telah ditancapkan.”….. Mereka – pada masanya – telah berhasil melakukan suatu terobosan besar. Kilas balik semacam “tamasya sejarah” ini , sengaja kami angkat kembali , untuk sekali lagi mengajak kita semua (Masyarakat Adat Mokapog) , memanfaatkan sari-pati kearifan kisah-kisah lama – tanpa secara dangkal terjebak dalam romantisasi sejarah – mencoba memaknai dari perspektif masa kini , dan daripadanya, kita bisa menarik pelajaran yang bermanfaat sebagai basis rujukan kita dalam menyikapi hiruk-pikuk kehidupan politik di era demokratisasi seperti sekarang ini. (psp-mokapogcentre)
PEMERINTAHAN KEDATUAN MOKAPOG (Sejarah Mokapog)
Terpilihnya Dotinggulo sebagai Raja / Dotu atau ‘Ketua’ pertama di negeri Mokapog karena memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan yang dilakukan diantara para pimpinan kelompok yang menghadiri bakid/bokiru tersebut.
Dengan demikian beliaulah yang naik dan menduduki singgasana kerajaan sebagai Raja/Dotu pertama Kedatuan ini. Kelak karena bijaksananya beliau membina kedatuan ini sehingga orang-orang Mokapog mengagungkannya dengan nama : “Dotutinggulu” , Artinya Raja/Dotu yang hebat, yang diandalkan sebagai ‘soko guru’, atau “balak salawaku” (tiang raja) pada rumah atau dikatakan juga sebagai penolak bala (penangkal bahaya) yang datang mengancam. Konon , dikalangan orang Mongondow beliau disebut sebagai “Dokosinggulo”, artinya kalau ada yang datang dengan maksud akan menyerang atau dengan maksud jahat akan dapat segera ditahan atau ditangkis beliau. Juga kalau beliau bermaksud untuk menyerang suatu negeri maka serangan itu tidak dapat ditangkis pihak lawan.
Selain itu beliau juga memiliki keahlian menyembuhkan orang dengan pengobatan tradisional Musyawarah atau pertemuan besar yang diadakan itu (pertemuan atau “bokiru” , bakid) , tampillah beberapa pembicara terkenal dengan menguraikan isi hati mereka masing-masing , diantaranya :
1. Kahinga (yang tertua diantara mereka) berbicara dalam bahasa Bolangitang Lama : “Mairu kita nita mososo:botu kania botu, motomuki, agu motonotu”. (Marilah kita sekalian bersatu seperti sebuah batu , mengangkat Permaisuri dan Raja) . Demikian antara lain ucapan beliau.
2. Pugu-Pugu (Saudara laki-laki Dotinggulo) berkata antara lain : “Leina kiota (ki Doti) aivuisa agu ai tuhuka nousato, ko vukiru agu ko abigu” (Hari ini dia (Doti) kita mulai pelihara , antarkan sebahagian hasil sawah/ladangmu hai saudara-saudara, baik yang berada di gunung ataupun dilembah.
3. Dotinggulo (yang kemudian terpilih dalam musyawarah itu) berkata dengan nada yang sangat meyakinkan :
“Kiotolu guhango agu usato! Nonalamai tambato, pokodokalo gogule , monone , molunaso, mosayu , molamako” (Hai orang-orang tua dan saudara-saudara ! Anda semua yang telah mewariskan tempat ini , untuk itu besarkanlah harap dan pinta (anda) , berhati bersih, beritikad baik, jujur mulia-gagah, lapang dada, luas pertimbangan, tidak mengenal dengki dan iri satu sam lain). Selanjutnya beliau berkata lagi (berupa sumpah) yaitu : “Ki:ko kumuntalo , moinggagu kodo lalo ,mosopito, movunggalo” (Siapa yang mungkir janji (nanti) , akan kering sendirinya seperti pohon yang sudah mati , (dahan-dahannya) patah dan (pohonnya) rebah ke tanah .
Dengan demikian Dotinggulo menjadi raja/dotu di Kerajaan Mokapog dan serta merta membentuk menyusun organisasi pelaksana pemerintahan (kabinet) sesuai dengan tugasnya masing-masing .
Susunannya sebagai berikut :

1. Ketua / Dotu / Raja : Dotinggulo .
2. Panglima / Jogugu (“Palima”) : Dulunga .
3. Kepala Perang (“Panggoba”) : Ginibola.
4. Penasehat Raja / Panglima Parang (“Talenga”) : Baguna .
5. Penguasa Pulau / Laut (“Gumalaha”) : Pongoliu .
6. Penjaga Istana / Pengawal Utama : Monimuluru .
7. Penguasa Adat (“Huku”) : Limbudiso .
8. Pelaksana Pemerintahan Harian (“Sangadi”) : Gula .
9. Ajudan Raja / Beduanda (“Kapita”) : Kudahati .
10. Kepala Pasukan / Barisan (“Kapita Raja”) : Pasigu .
— Sangadi Balok (Daerah Kecil) A (Kapiten Laut, “Kapita Lau”) Lantiuna (Juga bertindak sebagtai Juru Bahasa) .
— Sangadi Balok B (Penguasa Hutan) : Bolulipu .
12 Kepala / Ahli Adat :
— Di Longano / Lombopaito : Dauwidadawa .
—Di Soligiru / Gineango : Ponuako .

Dalam komposisi pemerintahan ini terdapat pula para pejabat yang bukan asli Mokapog seperti : Lantiuna , Ginibola, Baguna ; yang berarti bahwa Dotinggulo cukup bijaksana dalam menangani hal ini dengan memperhitungkan kecakapan seseorang dan bukan hanya semata-mata dari segi asli orang Mokapog saja . (asli Mokapog ini disebut “madihutu”) . Selain susunan pemerintahan tersebut diatas , Dotinggulo pun menunjuk / mengangkat beberapa pejabat khusus yang bersifat operasional memegang wilayah tertentu , yaitu :

1 . Pemegang kuasa pemerintahan dari Mokapog ke hulu sungai Bolangitang ialah Solagu (dari kata “so:olagu” = satu bangsa / satu turunan) yang berkedudukan di gunung Lagu .
2 . Mokapog dibagi atas 3 wilayah (balok , blok ; di Minahasa disebut “walak” yakni :
— Balok Lagang (“Lagongo”, bagian atas atau sebelah atas ) ialah Longgobu (berkedudukan di Vuntu / Gunung Lagongo) .
— Balok Toluaya (bagian tengah) ialah Jacob Goma (berkedudukan di Gunung Giogoso dan menguasai tanah yang datar).
— Balok Vunong (“Vunongo” , bagian bawah atau sebelah bawah) ialah Lei (berkedudukan di Gunung Bu:tu —Tobiho) .

Kepala-kepala balak / wilayah ini disebut “Ulea” atau kemudian disebut “Marsaoleh” .
Dalam susunan pemerintahan terdapat nama-nama jabatan yang rasanya sangat perlu untuk dijelas kan disini yaitu :

1. “Bobato” : seluruh pejabat , anggota kabinet atau Dewan Pemerintahan.
2. “Dotu” : raja , kepala pemerintahan , penguasa tertinggi .
“Pereside:ngo” ,
3. Presiden Raja : Putra Mahkota atau Raja Muda (calon pengganti raja , berkedudukan di Vunong) .“Gogugu” ini sama sekali tidak boleh menjadi raja walau pun ia putra raja.
5 “Kapita Lau” : Penguasa Lautan , pimpinan Angkatan Laut (berkedudukan di Lagang) .
6. “Kapita Parango” : Kepala Pasukan , Panglima Perang .
7. “Kapita Raja” (Kapitan Raja) ; Pengawal / Ajudan Raja .
8. “Anako Pulu” : Asisten Pribadi Raja , pengasuh / penjaga putra-putri Raja dan orang bangsawan .
9. “Ulea” (Marsaoleh) : Kepala Balak (“Ulea” berarti tempat sandaran , tempat menyandarkan sesuatu supaya tidak rebah ; maksudnya tempat rakyat meminta petunjuk , nasehat) .
10. “Sangadi” : Kepala Desa (di Minahasa : Hukum Tua, di Gorontaloo : Ayahanda, di Sangir Talaud, Opo Lao, di Jawa : Lurah). Desa disini wilayah yang lebih kecil dari Balak (“sangadi” cabang pemerintahan yang lebih kecil, “sanga” = cabang).
11. “Paha” atau “Bono” : petugas pemerintahan langsung dibawah sangadi , langsung berhubungan dengan rakyat. “Paha” atau “Pahala” atau “Pahala: wango” artinya tempat meletakkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan, pelaksana pemerintahan langsung dengan rakyat.
12. Selain itu ada lagi bobato-bobato lain seperti :
— “Manyo: ru Dokalo” (pemegang kuasa adat, akhli adat, penasehat raja dalambidang adat).
(“Manyo:ru Dokalo” = Mayor Besar).
— “Manyo: ru (Mayor) pangkat setingkat lebih rendah dari “Manyo:ru Dokalo”.
— “Huku Manyo: ru” (Hukum Mayor), akhli hukum adat, pemutus sengketa atau perkara.
— “Sabandaru” (Syahbandar), penguasa pelabuhan.
Para pejabat tersebut diatas mendampingi raja sesuai dengan urusan masing-masing………
( Sejarah Mokapog disusun kembali oleh psp – mokapogcentre)

sumber  ( bolmutpost )

Sejarah Mokapog

Hikayat Asal Mula Nama Kerajaan Bintauna

Hikayat Asal Mula Nama Kerajaan Bintauna – Hikayat dibawah ini adalah hasil edit dari peninggalan catatan tulisan tangan alm. Abo Arifin N Pontoh yang merupakan hasil wawancara beliau dengan Alm. Abo Jogugu Poeloe Datunsolang dan Alm Abo Datoe Datunsolang di Bintauna. allahu a’lambissawab. Pada masa pemerintahan Pangulu Datu Binangkal di Mokapog (Setelah wafatnya Pangulu Dotinggulo / Pendiri Negeri Mokapog – wafat kurang lebih th.1620 ), Juga hidup seorang tokoh yang dikenal luas dan berpengaruh . Beliau “dikenal” dan berpengaruh serta dicintai oleh orang-orang yang berdiam di lereng barat gunung kabila (Tapa), Molibagu, Doluduo dan Dumoga.


Penduduk di daerah ini mencintai beliau karena kebijaksanaannya, ketangkasan dan kesaktiannya, cerdik dan jujur. Beliau bernama Solagu.(artinya:besar) Sewaktu Pangulu Datu Binangkal meninggalkan Mokapogu bersama rakyatnya, memindahkan ibu negeri ke Kaidipang dan merubah nama negeri menjadi Kerajaan Kaidipang, sebagian penduduk ada yang hanya turun ke Sonuo (Kini masuk wlayah kecamatan Bolangitang ) dan ada juga kelompok penduduk yang tetap tinggal di Mokapog. Mereka kebanyakan merupakan kelompok yang berasal dari Tapa / Kabila, Lagang Kadul (Gunung sebelah barat Mokapog) , Molibagu, Dumoga dan Doluduo.

Penduduk yang tetap tinggal di Mokapog ini kemudian mengangkat Solagu menjadi “Palima” atau pemimpin mereka untuk mencari wilayah baru karena mereka kurang setuju pindah ke Kaidipang atapun turun ke Sonuo ( Bolangitang lama ) . Dengan dipimpin oleh Palima Solagu rombongan ini bergerak kearah timur  Setelah rombongan ini menempuh perjalanan kurang lebih 40 kilo meter kearah timur dari Mokapog, maka para tokoh tua (tua-tua) mulai mempertanyakan sejauh mana akan bergerak atau dimana bisa berhenti dan membangun negeri. Alkisah maka pada suatu malam seorang tetua berseru dengan nyaring dalam bahasa yang mereka gunakan : “ Po’ontonge bintang ona-ona iye ,…. onda poberentia nota,… otuntua ponaka no lipu“ ( artinya kurang lebih : “ lihat baik baik ini bintang didepan,… dimana dia berhenti,…. disitu kita bikin negeri ” ). Dari seruan “ bintang ona-ona” inilah konon asal mula nama Bintauna. Mereka segera berhenti berjalan ketika mereka melihat bahwa bintang yang memandu mereka berhenti bergerak.

Hutan di Lokasi ini segera ditumpas secara gotong royong dan disitulah kemudian mereka membangun negeri. Mereka mengangkat Solagu menjadi Raja mereka dengan gelar Dotu Solagu ( Dotu artinya Raja Dan Solagu artinya Besar.) Nama ini kemudian lebih dikenal dengan Datunsolang. Keturunan Raja Datunsolang secara turun temurun memerintah di Kerajaan Bintauna sampai dengan Rajanya yang terakhir yaitu Paduka Tuan Raja M.Toraju Datunsolang , yang masa pemerintahan nya berakhir pada tahun 1950.

Kedudukan kerajaan Bintauna ini mula-mula di hulu Huntuk tepat pada belahan hulu sungai Bintauna pante yang lembahnya disebut “gambut inlanga”, dan Biau serta daerah perbukitan sekitarnya. Ditempat ini Raja Datunsolang membangun “Komalig”. Dikemudian hari, untuk mendekati jalur komunikasi dan transportasi laut , Komalig dipindahkan ke Bintauna Pante dan terakhir karena sering tergenang banjir, Komalig dipindahkan lagi ke Pimpi. ( Komalig ini terbakar habis dalam taktik bumi hangus dimasa pergolakan PRRI/Permesta ). (sumber bolmutpost)

 


Sejarah Terbentuknya Desa Mokoditek – Pada jaman Prasejarah, alam sekitar letaknya desa Mokoditek sekarang adalah hutan lebat yang sangat sulit untuk di lalui bahkan tidak ada manusia yang hidup di sana yang ada hanyalah binatang buass dan liar, antara lain sapi hutan (anoa), babi hutan, babi rus, ular dan lain-lain. Menurut kepercayaan orang-orang tua jaman dahulu, yaitu penduduk desa tetangga bahwa area desa Mokoditek (Sejarah Terbentuknya Desa Mokoditek) dahulu sangat “angker” dan ada seekor naga yang menempatinya.

Sekitar tahun 1927 rombongan keluarga yang berasal dari daerah Gorontalo datang ke tempat ini untuk membuka lahan perkebunan. Yang lama kelamaan berubah menjadi penduduk yang berada dibawah pemerintahan yang berlokasi di desa wakat. Pendukuhan tersebut di namai “NIAGARA” karena diarea tersebut terdapat air terjun, maka masyarakat menamakan area tersebut seperti air terjun yang ada di amerika serikat selanjutnya berdasarkan perpaduan antara “NAGA” dan “NIAGARA” maka pendukuhan tersebut menjadi “NAGARA” (Sejarah Terbentuknya Desa Mokoditek)

Pada tahun 1941 dipulau Siau terjadi gempa bumi dikarenakan oleh letusan Gunung berapi penduduk merasa terancam dengan adanya gempa bumi tersebut sehingga pada tahun 1942 raja Siau yang bernama “Frans Piet Parengkuan” mengutus seseorang mewakili beliau yakni “Willem Kansil” untuk menghubungi/menghadap Raja Kaidipang besar yakni Raja “Ram Soeit Pontoh” untuk memohon bantuan tempat pengungsian/pemukiman bagi penduduk siau yang akan dipindahkan/transmigrasi lokal yang dulu di kenal dengan dengan sebutan “kolonisasi” setelah mendapat persetujuan Raja Kaidipang besar maka terjadi perpindahan penduduk. Pada 20 Agustus 1942 dikirim kemudian pada Maret 1943 dikirim lagi sebanyak 70 (tujuh puluh) kepala keluarga dan mereka ditempatkan dibagian timur Pedukuhan.

“NAGARA” yang terdapat diantara Desa Wakat dan Desa Nunuka perpindahan penduduk terjadi dimasa perang ke 2, oleh  karena rakyat yang harus kerja paksa (Romusha) hingga mengakibatkan banyak kekurangan, diantaranya : Makanan, Pakaian, Maupun obat-obatan, sebagian besar penduduk hanya memakai cawat yang terbuat dari karung. Rakyat pada saat itu sangat menderita dengan keadaan yang ada, ditambah lagi wabah penyakit yang menyerang Rakyat pada tahun 1943-1944 hingga mengakibatkan kematian yang mencapai 3-4 orang/hari akhirnya banyak penduduk yang memutuskan untuk pindah untuk pindah ke Desa tetangga bahkan ada yang kembali ke negeri asalnya yaitu Siau.


Rakyat yang meninggal hanya dibungkus dengan karung atau tikar bahkan ada pulah yang dililit dengan lantai nibong. Lalu dikubur (nibong dalam bahasa Bolangitang gongoliakomuno. Pada masa penjajahan Jepang nama “NAGARA” dianjurkan, agar dapat segerah diganti dengan nama lain, namun mengantikan nama tersebut baru dapat dilaksanakan pada tahun 1946 nama NAGARA diganti dengan nama MOKODITO yang berarti “Menakutkan” adapun alasan pemberian nama MOKODITO atau MOKODITEK : dahulu daerah Mokoditek terkenal dengan keankerannya, ditakuti/menakutkan, daerah tersebut perna dilandah wabah, penyakit yang mengakibatkan banyak orang yang meninggal dunia.

Nama Mokoditek disahkan oleh JOGUGU Kaidipang besaryang bernama “HASAN RAM PONTOH”. Setelah masa pemerintahan Jepang berakhir atau Indonesia Merdeka penduduk desa Mokoditek yang dahulu pindah ke desa tetangga akhirnya kembali lagi kedesa Mokoditek dan melanjutkan pembukaan lahan pertanian dan sesuai dengan peraturan Pemerintah pada saat itu yaitu mengolah dan membuka lahan baru untuk perkebunan dibagian utara dan selatan Desa Mokoditek dan bersamaan dengan itu dimulai pula pengaturan desa dan penyusunan struktur pemerintah desa. itulahlah Sejarah Terbentuknya Desa Mokoditek

Sumber Bolmutpost

Sejarah Terbentuknya Desa Mokoditek

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com